makalah sejarah pondok pesantren suryalaya
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat
pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang karena bimbingannyalah maka
penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis taswuf . Makalah ini
dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang
telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantanngan dalam penyusunan
makalah ini. Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif
bagi kita semua.
Tasikmalaya , 01 November 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang......................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3
Tujuan.................................................................................................................... 1
1.4
Manfaat................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2
2.1
Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya ................................................................... 2
2.2
Sejaran Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah....................................................... 4
2.3
Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren
Suryalaya..................... 5
2.3.1.
Azas Tujuan
Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok
Pesantren
Suryalaya
..................................................................................6
2.4
Makna Lambang Pondok Pesantren Suryalaya..................................................... 7
2.5
Konsep Inabah Pondok Pesantren Suryalaya........................................................ 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 12
3.1
Kesimpulan............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tradisi pesantren
merupakan kerangka sistem pendidikan Islam, tradisi di Jawa dan Madura yang
dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi obyek para sarjana yang mempelajari
Islam di Indonesia.Penelitian terhadap pesantren selalu menyisakan bagi para
peneliti berikutnya, termasuk pula di dalamnya pesantren Suryalaya. Hal ini
disebabkan pesantren Suryalaya mempunyai peranan yang dapat dilihat dari
berbagai aspek. Bentuk pesantren itu sendiri, tarekat yang diamalkan dalam
pesantren, pengobatan/terapi maupun sejarah
perkembangan pesantren Suryalaya sering kali menjadi obyek penelitian baik
peneliti dari dalam negeri maupun dari dunia Barat.
Pesantren yang didirikan oleh Kyai Sepuh
yang terkenal dengan panggilan Abah sepuh bernama Abdullah Mubarak Ibn Nur
Muhammad , mempunyai tradisi
kepesantrenan layaknya pesantren yang lain. Namun dengan tarekat yang menjadi
sumber utama pengajaran, menyebabkan pesantren ini identik dengan tarekat yang
dianutnya. Nama Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) seringkali menggantikan
nama pesantren Suryalaya yang saat ini dipimpin oleh Abah Anom yang bernama
Shahibul Wafa Tajul Arifin.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah perkembangan pondok pesantren suryalaya
?
2.
Bagaimana sejarah thariqah qadiriyah naqsyabandiyah ?
3.
Bagaimana thariqah qadiriyah naqsyabandiyah di pondok
pesantren suryalaya ?
4.
Apa makna lambang pondok pesantren suryalaya ?
5.
Bagaimana konsep inabah di pondok pesantren suryalaya ?
1.3.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan pondok pesantren
suryalaya
2.
Untuk mengetahui sejarah thariqah qadiriyah
naqsyabandiyah
3.
Untuk mengetahui thariqah yang ada di pondok pesanten
suryalaya
4.
Untuk mengetahui makna lambang/logo pondok pesantren
suryalaya
5.
Untuk mengetahui konsep inabah di pondok pesantren
suryalaya
1.4.
Manfaat
Agar dapat mengetahui sejarah, thriqah, makna lambang dan konsep inabah di
pondok pesantren suryalaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya
Pondok Pesantren Suryalaya dirintis
oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah
Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik
dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga
lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan.
Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah
SWT dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu
Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905,
Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun
dengan modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung
Kerta. Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda
yaitu Surya = Matahari, Laya = Tempat terbit,
jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit.
Pada
awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru
beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga
bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai
wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya
Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh(legitimasi
penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin. Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin
berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana
pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa
disebut ikhwan.
Wajah Suryalaya Tempo Doeloe.
Latar belakangMesjid Nurul Asror dan Menaranya
Latar belakangMesjid Nurul Asror dan Menaranya
Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan
pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya
dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan
dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin,
dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan
dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu Tanbih.
Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah
pada tahun 1956 di usia yang ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya
dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul
Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan
Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya
pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat
gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan
DI/TII. Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu
pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke
jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara.
Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqindan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqindan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Setelah
itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia,
bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand,
menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian
ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas
perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang
tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang
berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.
Mesjid Nurul Asror
Pada
masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam
kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup,
dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari
presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia
internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau
keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh
segenap umat manusia.
2.2 Sejarah Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah
Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah adalah
perpaduan dari dua buah tarekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah
Naqsabandiyah. Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Sufi Syaikh besar
Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah bernama Syaikh Ahmad Khatib Ibn
Abd.Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M.). Beliau adalah seorang ulama besar
dari Indonesia yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Ahmad
Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah, di samping juga mursyid dalam Thariqah
Naqsabandiyah. Tetapi ia hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari
sanad Thariqah Qadiriyah saja. Sampai sekarang belum
diketemukan secara pasti dari sanad mana beliau menerima bai'at ThariqahNaqsabandiyah. Sebagai seorang mursyid yang kamil
mukammil Syaikh Ahmad Khatib sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat
modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam tradisi Thariqah
Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu bagi yang telah mempunyai
derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas ada pusat penyebaran Thariqah
Naqsabandiyah di kota suci Makkah maupun di Madinah, maka sangat dimungkinkan
ia mendapat bai'at dari tarekat tersebut. Kemudian menggabungkan inti ajaran
kedua tarekat tersebut, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah
Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada murid-muridnya, khususnya
yang berasal dari Indonesia. Penggabungan inti ajaran kedua tarekat tersebut
karena pertimbangan logis dan strategis, bahwa kedua tarekat tersebut memiliki
inti ajaran yang saling melengakapi, terutama jenis dzikir dan metodenya. Di
samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu sama-sama menekankan
pentingnya syari'at dan menentang faham Wihdatul Wujud. Thariqah
Qadiriyah mengajarkan Dzikir Jahr Nafi Itsbat,
sedangkan Thariqah Naqsabandiyah mengajarkan Dzikir
Sirri Ism Dzat. Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para
muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang
lebih mudah atau lebih efektif dan efisien. Dalam kitab Fath al-'Arifin,
dinyatakan tarekat ini tidak hanya merupakan penggabungan dari dua tarekat
tersebut. Tetapi merupakan penggabungan dan modifikasi berdasarkan ajaran lima
tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Tarekat Anfasiyah, Junaidiyah, dan Tarekat
Muwafaqah (Samaniyah). Karena yang diutamakan adalah ajaran Tarekat Qadiriyah
dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka tarekat tersebut diberi nama Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah. Disinyalir tarekat ini tidak berkembang di
kawasan lain (selain kawasanAsiaTenggara).
Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadlu' dan ta'dhim Syaikh Ahmad Khathib al-Sambasi terhadap pendiri kedua tarekat tersebut. Beliau tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan tatacara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut dengan nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat ini adalah jtihadnya.
Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadlu' dan ta'dhim Syaikh Ahmad Khathib al-Sambasi terhadap pendiri kedua tarekat tersebut. Beliau tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan tatacara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut dengan nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat ini adalah jtihadnya.
Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, ThariqahQadiriyahNaqsabandiyah memiliki
ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan pandangan
para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat atau metode untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode tersebut diyakini paling efektif dan
efisien. Karena ajaran dalam tarekat ini semuanya didasarkan pada Al-Qur'an,
Al-Hadits, dan perkataan para 'ulama arifin dari kalangan Salafus
shalihin. Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu :
tentang kesempurnaan suluk, tentang adab (etika), tentang dzikir, dan tentang
murakabah.
2.3
Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok
Pesantren Suryalaya
Syaikh Ahmad Khatib memiliki banyak wakil, di antaranya
adalah: Syaikh Abdul Karim dari Banten, Syaikh Ahmad Thalhah dari Cirebon, dan
Syaikh Ahmad Hasbullah dari Madura, Muhammad Isma'il Ibn Abdul Rahim dari Bali,
Syaikh Yasin dari Kedah Malaysia, Syaikh Haji Ahmad dari Lampung dan Syaikh
Muhammad Makruf Ibn Abdullah al-Khatib dari Palembang. Mereka kemudian
menyebarkan ajaran tarekat ini di daerah masing-masing.
Penyebaran ajaran Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah di daerah Sambas Kalimantan Barat (asal Syaikh Ahmad
Khatib) dilakukan oleh dua orang wakilnya yaitu Syaikh Nuruddin dari Philipina
dan Syaikh Muhammad Sa'ad putra asli Sambas. Baik
di Sambas sendiri, maupun di daerah-daerah lain di luar pulau Jawa, Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah tidak dapat berkembang dengan baik. Keberadaan
tarekat ini di luar pulau Jawa, termasuk di beberapa negara tetangga berasal
dari kemursyidan yang ada di pulau Jawa. Penyebab ketidakberhasilan penyebaran
tarekat ini di luar pulau Jawa adalah karena tidak adanya dukungan sebuah
lembaga permanen seperti pesantren.
Setelah Syaikh Ahmad Khatib wafat (1878), pengembangan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dilakukan oleh salah seorang wakilnya yaitu Syaikh Tolhah bin Talabudin bertempat di kampung Trusmi Desa Kalisapu Cirebon. Selanjutnya Beliau disebut Guru Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah untuk daerah Cirebon dan sekitarnya. Salah seorang muridnya yang bernama Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang kemudian dikenal sebagai Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya. Setelah berguru sekian lama, maka dalam usia 72 tahun ,beliau mendapat khirqah (pengangkatan secara resmi sebagai guru dan pengamal ) Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dari gurunya Mama Guru Agung Syakh Tolhah Bin Talabudin ( dalam silsilah urutan ke 35 ). Selanjutnya Pondok Pesantren suryalaya menjadi tempat bertanya tentang Thoreqat Qodiriyah Naqsabandiyah
Setelah Syaikh Ahmad Khatib wafat (1878), pengembangan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dilakukan oleh salah seorang wakilnya yaitu Syaikh Tolhah bin Talabudin bertempat di kampung Trusmi Desa Kalisapu Cirebon. Selanjutnya Beliau disebut Guru Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah untuk daerah Cirebon dan sekitarnya. Salah seorang muridnya yang bernama Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang kemudian dikenal sebagai Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya. Setelah berguru sekian lama, maka dalam usia 72 tahun ,beliau mendapat khirqah (pengangkatan secara resmi sebagai guru dan pengamal ) Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dari gurunya Mama Guru Agung Syakh Tolhah Bin Talabudin ( dalam silsilah urutan ke 35 ). Selanjutnya Pondok Pesantren suryalaya menjadi tempat bertanya tentang Thoreqat Qodiriyah Naqsabandiyah
Dengan demikian , Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur
Muhammad ra. dalam silsilah Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah berada
pada urutan ke 36 setelah Syaikh Tholhah bin Talabudin ra. Syaikh Abdullah
Mubarak bin Nur Muhammad di kalangan para ikhwan (murid-muridnya) lebih dikenal
dengan panggilan "Abah Sepuh".karena usia beliau memang sudah tua
atau sepuh, saat itu usianya sekitar 116 tahun. Di
antara murid-murid beliau ada yang paling menonjol dan memenuhi syarat untuk
melanjutkan kepemimpinan beliau. Murid tersebut adalah putranya sendiri yang
ke-5 yaitu KH.A. Shohibulwafa Tajul Arifin diangkat sebagai (wakil Talqin)
dan sering diberi tugas untuk melaksanakan tugas-tugas keseharian beliau, oleh
karena itu para ikhwan tarekat memanggil beliau "Abah Anom " (Kyai
Muda) karena usianya sekitar 35 tahun. Sepeninggal Syaikh Abdullah Mubarak bin
Nur Muhammad sebagai mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang
berpusat di Pondok Pesantren Suryalaya dilanjutkan oleh KH.A. Shohibulwafa
Tajul Arifin ( Abah Anom) sampai sekarang, beliau mempunyai wakil talqin yang
cukup banyak dan tersebar di 35 wilayah, termasuk Singapura dan Malaysia.
Thariqah
Qadiriyah Naqsabandiyah adalah
sebuah tarekat yang berdiri pada abad XIX M. oleh seorang sufi besar asal
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika intelektual umat Islam Indonesia
pada saat itu cukup memberikan sumbangan yang berarti bagi sejarah peradaban
Islam, khususnya di Indonesia. Kemunculan tarekat ini dalam sejarah sosial
intelektual umat Islam Indonesia dapat dikatakan sebagai jawaban atas
"keresahan Umat" akan merebaknya ajaran "wihdah
al-wujud" yang lebih cenderung memiliki konotasi panteisme dan
kurang menghargai Syari'at Islam. Jawaban ini bersifat moderat, karena selain
berfaham syari'at sentris juga mengakomodasi kecenderungan mistis dan
sufistis masyarakat islam Indonesia.
Pesatnya
perkembangan tarekat ini rupanya tidak terlepas dari corak dan pandangan
kemasyarakatan. Contoh kiprah kemasyarakatan termasuk dalam masalah politik
yang diperankan oleh mursyid tarekat ini memberikan isyarat bahwa tarekat ini
tidak anti duniawi (pasif dan ekslusif). Dengan demikian, kesan bahwa tarekat
adalah lambang kejumudan sebuah peradaban tidak dapat dibenarkan.
2.3.1.
Azas Tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok
Pesantren Suryalaya
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
“Ilahi Anta
Maqshuudii Waridloka Mathluubi A’thini Mahabbataka wa Ma’rifataka”
Artinya
: Ya Tuhanku ! hanya Engkaulah yang ku maksud, dan keridlaan Mulah yang kucari.
Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintaiMu dan ma’rifat kepadaMu.
Doa
tersebut diatas oleh para ikhwan Thoriqah Qadiriyah Naqsayabandiyah wajib
dibaca dua kali.
Dalam
doa tersebut mengandung tiga bagian :
- Taqorub terhadap Allah SWT.
Ialah mendekatkan diri kepad Allah dalam jalan ubudiyah yang
dalam hal ini dapat dikatakan tak ada sesuatunyapun yang menjadi tirai
penghalang antara abid dan ma’bud, antara choliq dan makhluq.
- Menuju jalan mardhotillah
Ialah menuju jalan yang diridloi Allah SWT. baik dalam ubudiyah maupun
di luar ubudiyah, jadi dalam segala gerak-gerik manusia diharuskan
mengikuti atau mentaati perintah Tuhan dan menjauhi atau meninggalkan
larangan-NYA. Hasil budi pekerti menjadi baik, akhlak pun baik dan segala hal
ikhwalnya menjadi baik pula, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun yang
berhubungan dengan sesama manusia atau dengan mahluk Allah dan insya Allah
tidak akan lepas dari keridloan Allah SWT.
- Kemahabbahan dan
kema’rifatan terhadap Allah S.W.T
Rasa cinta dan
ma’rifat terhadap Allah “Dzat Laisa Kamitslihi Syaiun” yang
dalam mahabbah itu mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati. Kalau telah
tumbuh Mahabbah, timbullah berbagai macam hikmah di antaranya membiasakan diri
dengan selurus-lurusnya dalam hak dhohir dan bathin, dapat pula mewujudkan
“keadilan” yakni dapat menetapkan sesuatu dalam haknya dengan sebenar-benarnya.
Pancaran dari mahabbah datang pula belas kasihan ke sesama makhluk diantaranya
cinta pada nusa ke segala bangsa beserta agamanya. Thariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah ini adalah salah satu jalan buat membukakan diri supaya
tercapai arah tujuan tersebut.
2.4
Makna Lambang/Logo Pondok Pesantren
Suryalaya
1.
Isi dan Bentuk
a.
Lapisan Pertama :
Dasar bingkai segi lima.
b.
Lapisan kedua :
Kupu- kupu mempunyai :
1)
Empat sayap
2)
Dua belas garis-garis badan
3)
Dua mata kaki
4)
Empat kaki
c.
Lapisan Ketiga :
Padi dan kapas
d.
Lapisan Keempat :
Tujuhbelas sudut sinar Islam
e.
Lapisan Kelima :
Lafad Allah
f.
Lapisan Keenam :
Kubah masjid, AlQur’an,Hadits,Ijma’,Qiyas
2.
Pengertian isi dan bentuk
a.
Dasar bingkai segi lima mencerminkan :
1)
Satu azas tunggal pancasila
2)
Rukun Islam
·
Syahadat
·
Sholat
·
Zakat
·
Puasa
·
Haji
b.
Kupu-kupu lengkap :
1)
Empat
Sayap, menggambarkan isi TANBIH
a)
Hormat
kepada yang lebih tinggi derajatnya (lahir batin)
b)
Hidup
rukun, damai, rendah hati, dan gotomh royong kepada orang yang sederajat
dalam melaksanakan perintah Agama dan Negara.
c)
Jangan
menghina kepada orang yang lebih rendah derajatnya.
d)
Kasih
sayang, ramah, tamah terhadap fakir miskin.
e)
Kesemuanya
ini untuk menghidup suburkan ajaran :
· Syariat
· Tarekat
· Hakekat
· Ma’rifat.
Dengan melahirkan tujuan,perencanaan,pelaksanaan,dan
pengendalian (kontrol)
2)
Dua
Belas Garis-Garis Badan,menunjukkan huruf kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH.
3)
Dua
Mata, artinya untuk mengawasi lurus dan lancarnya Hablun minallah
dan hablun minannas.
4)
Dua
Kumis, artinya mengamalkan TQN yang akan menimbulkan keseimbangan lahir
dan batin,dunia dan akherat serta agama dan negara.
5)
Sebelas
dan Sembilan Garis Sayap, artinya:
6)
Sebelas
garis sayap, mengingatkan jasa Wali Songo (sembilan) yang telah
menyebarluaskan agama Islam di Pulau Indonesia yang merupakan tonggak
syi’ar Islam.
7)
Empat
kaki, artinya berpijak kepada ermpat madzhab
Inti sari dari kupu-kupu ialah suatu
proses kehidupan /perwujudan menuju keseimbangan:
a)
Binatang
biasa (seperti ulat)
b)
Berubah
seperti kepompong, dimana Radhoh seperti Tahalli.
c)
Dan
dapat terus terbang menikmati rasa manisnya madu merupakan lambing
kebulatan hidup yang terdiri dari jasmani, akal pikiran dan
perasaan yang telah hasil bina dari tiga ajaran, yaitu:
·
Islam
ilmunya Fiqh
·
Iman
ilmunya Tauhid
·
Ihsan
ilmunya Tashawwuf
c.
Padi dan Kapas
1)
Padi
terdiri sebanyak tujuh belas butir, mengartikan 17 (hari kemerdekaan RI)
2)
Kapas
terdiri dari sebanyak delapan kelompok, mengartikan Bulan Delapan
Tahun Kemerdekaan RI, Padi dan Kapas tersebut melambangkan KEMAKMURAN DAN
KESUBURAN LAHIR BATIN
d.
Tujuh belas sudut sinar islam, artinya
:
1)
Tujuh
belas rokaat dari sholat sebagai tiang atau tonggak agama Islam yang memancarkan sinar
keagungan dan kejayaan abadi.
2)
Tujuh
belas Agustus sebagai tanggal kemerdekaan RI
e.
Lafadz
Allahu adalah sebagai tujuan utama
f.
Kubah
Mesjid sebagai lambang agama Islam
1)
Satu kitab Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam
2)
Satu kitab Hadits adalah sumber hukum Islam
kedua.
3)
Lima Trap adalah lima waktu sebagai kewajiban
umat Islam, yaitu:
· Shubuh
· Dzuhur
· Asyar
· Maghrib
· Isya
3. Arti Warna :
1.
Merah lambang berani karena benar
2. Putih lambang kesucian, kejujuran
dan keikhlasan yang menjadi sifat dasar tujuan pokok Pondok
Pesantren Suryalaya.
3.
Kuning Emas lambang Keagungan yang Kekal Abadi
4.
Hijau lambang kemakmuran dan kesuburan dalam kehidupan secara lahir batin
2.5
Konsep Ibanah Pondok Pesantren
Suryalaya
Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab
anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau
pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah
ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an
yakni dalam Luqman surat ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10;
dan pada surat yang lainnya.
Abah Anom menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.
Abah Anom menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.
Dari
sudut pandang tasawuf orang yang sedang mabuk, yang jiwanya sedang goncang dan
terganggu, sehingga diperlukan metode pemulihan (inabah). Metode inabah baik
secara teoretis maupun praktis didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad
para ulama, Metode ini mencakup :
1.
Mandi.
Lemahnya kesadaran anak bina akibat mabuk, dapat dipulihkan
dengan mandi dan wudlu. Mandi dan wudlu akan mensucikan tubuh dan jiwa sehingga
siap untuk 'kembali' menghadap Allah Yang Maha Suci.
Makna simbolik dari wudlu adalah: mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan jiwa; mencuci lengan, mensucikan perbuatan; membasuh kepala, mensucikan otak yang mengendalikan seluruh aktifitas tubuh; membasuh kaki, dan mensucikan setiap langkah perbuatan dalam hidup.
Makna simbolik dari wudlu adalah: mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan jiwa; mencuci lengan, mensucikan perbuatan; membasuh kepala, mensucikan otak yang mengendalikan seluruh aktifitas tubuh; membasuh kaki, dan mensucikan setiap langkah perbuatan dalam hidup.
2.
Sholat.
Anak bina yang telah di bersihkan atau disucikan melalui
proses mandi dan wudlu, akan dituntun untuk melaksanakan sholat fardhu dan
sunnah sesuai dengan metode inabah. Tuntunan pelaksanaan sholat fardhu dan
sunnah sesuai dengan ajaran islam dan kurikulum ibadah yang dibuat oleh Abah
Anom.
3.
Talqin Dzikir
Anak bina yang telah pulih kesadarannya diajarkan dzikir
melalui talqîn dzikr. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu.
Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula,
melainkan harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di
talqin. Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang yang qalbunya
sehat (bersih dari syirik) dan kuat (berisi cahaya ilahi).
4.
Pembinaan.
Anak
bina ditempatkan pada pondok inabah guna mengikuti program Inabah sepanjang 24
jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom mencakup mandi dan wudlu,
shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.
Disamping kegiatan-kegiatan tersebut
diatas, juga diberikan kegiatan tambahan berupa : Pelajaran baca Al-Qur’an,
berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan dan olah raga. Setiap anak bina di
evaluasi untuk mengetahui sejauhmana perkembangan kesehatan jasmani dan
rohaninya. Evaluasi diberikan dalam bentuk wawancara atau penyuluhan oleh
ustadz atau oleh para pembina inabah yang bersangkutan.
Atas keberhasilan metoda Inabah tersebut, KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja.
Atas keberhasilan metoda Inabah tersebut, KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja.
Pondok
Inabah II untuk Putri
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DR. Juhaya S.
Praja, dalam tahun 1981-1989, 93,1% dari 5.845 anak bina yang mengikuti program
inabah dapat dikembalikan ke keadaan semula dan dapat kembali hidup di
masyarakat dengan normal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah
bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa
perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah
kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam
(geografis) yang cukup menyulitkan. Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT
dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu
Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga
pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin Nur
Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal sebuah
mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok Pesantren
Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya =
Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah
mengandung arti tempat matahari terbit. Pondok Pesantren Suryalaya semakin
dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura,
Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di
Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun
semakin luas perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang
tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakiltalqin yang
berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
3. https://www.suryalaya.org/inabah.html
4. https://3082803169469697003_26524cd2f6c3f5025d0d526ecfe4b051efc90878.blogspot.com/2012/03/logo-suryalaya-pertanyaaan-kang-nanang.html
Komentar
Posting Komentar